Recent Posts

 Cerpen Peringatan HUT 53 Tahun BPJS Kesehatan


JAKESPAY DAN METODE PAKET PEMBAYARAN ANTI LUPA

“Ih kok koneksinya terputus si, pasti paket datanya abis. Mba, tolong dong isi ulang paket data ponselku.” rengek adekku.

“Kamu pilih sendiri lah paket datanya mau yang mana, Mba isi ulang e-wallet punyamu.”

“Mbaaa, udah tanggal tiga nih, sekalian bayar tagihan BPJS Kesehatan ya, nanti kalau mundur-mundur tanggal bayarnya malah lupa. Ibu belum sempet ke bank buat daftar autodebet soalnya.”

“Untung Ibu inget ya, kadang Mba kira bulan ini udah bayar ternyata belum. Dek, udah ada notifikasi saldo masuk belum?”

“Udah nih, makasih ya Mba.”

“Bu, coba cek mobile JKN nya, status kepesertaannya udah aktif belum ya? Tadi Mba udah bayar tagihannya.”

“Ada notifikasinya ngga si Mba?”

“Mmm.. betul juga ya Bu.”

“Apanya yang betul?”

“Kalau ada notifikasi pembayaran premi masuk otomatis kan kita lebih yakin apakah transaksi udah berhasil atau belum ya? Coba ibu klik fitur riwayat pembayaran terus ke fitur peserta.” pintaku.

“Iya Mba, ini udah ada riwayat pembayaran hari ini. Status kepesertaan juga udah aktif. Setuju Mba, kalau ada notifikasi otomatis Ibu juga makin nyaman pakai mobile JKN.” ujar Ibu.

Betul juga kata Ibu. Pesan lambung atau notifikasi yang berisi informasi pembayaran premi mungkin diperlukan untuk lebih meningkatkan kepuasan peserta JKN. Atau notifikasi pengingat untuk kewajiban membayar yang dikirimkan setiap awal bulan bagi peserta mandiri.

“Assalamualaikum Bu Mina.” terdengar suara tetangga dari luar.

“Eh iya Waalaikumsalam Bu, silakan duduk.” sahut Ibu, aku turut menyambut tamu duduk di sebelah Ibu.

“Begini Bu, mau bertanya. Saudara saya tadi mau berobat tapi kata petugas puskesmasnya status kepesertaan BPJS Kesehatan Saudara saya non aktif. Mau minta tolong dicek kenapa ngga aktif ya?” tanya tetanggaku.

Aku bantu cek status kepesertaan identitas KIS yang dibawa tetanggaku melalui mobile JKN. Ternyata dia menunggak tiga bulan.

“Oalah pantas saja, Saudara saya lupa belum bayar mungkin ya. Kalau bayar tagihan itu setiap bulan ya Mba? Ngga bisa bayar langsung paket satu tahun gitu biar ngga lupa bayarnya? Soalnya Saudaraku yang satunya ikut asuransi swasta juga tapi bayar preminya paket setahun.”

“Berapa preminya kalau di asuransi swasta Bu?” tanya Ibuku.

“Berapa ya, tiga jutaan per tahun kayaknya Bu. Kalau swasta beda-beda Bu paket asuransinya.”

“Untuk saat ini pembayaran tagihan BPJS Kesehatan setiap bulan Bu, biar ngga lupa bayar didaftarkan autodebet ke bank saja Bu.” ujarku.

“Jadi begini Mba, Saudaraku sudah didaftarkan autodebet tapi kebetulan saldonya mungkin ngga mencukupi, terus dia lupa ngga ngecek KIS nya masih aktif apa ngga. Baru ketahuan pas lagi mau dipake berobat.”

“Wah lumayan mahal ya Bu, kalau dibandingkan premi BPJS Kesehatan yang masih tergolong terjangkau untuk masyarakat.” sahut Ibu.

Setelah mendapat informasi dan penjelasan, tetanggaku pamit untuk membayar tagihan di minimarket dekat perumahan kami. Kejadian lupa membayar tagihan bagi peserta mandiri mungkin banyak terjadi tidak hanya di daerah kami tinggal. Ibuku saja terkadang lupa, mungkin Ibu-ibu lainnya di penjuru nusantara mengalami hal yang sama.

Bagaimana kalau Ibu bulan ini ingat bayar tapi tiga bulan kemudian Ibu lupa bayar? Bagaimana kalau Ibu-ibu di seluruh Indonesia tergabung dalam grup WhatsApp yang bernama Ibu-ibu pelupa bayar tagihan BPJS. Lalu bagaimana prinsip gotong royong BPJS Kesehatan dengan subsidi silang premi yang sehat membantu yang sakit bisa terus berjalan, kalau Ibu-ibu pelupa bayar terus menambah anggota grup WhatsApp nya?

Aku beranjak menuju kamarku, menikmati me time di hari libur yang tepat tanggal gajianku. Saat muncul notifikasi gajiku telah ditransfer, tubuhku mendarat di pulau kapuk dan dengan semangat berselancar di toko oranye untuk mencuci mata. Jariku mulai aktif klik barang ini itu untuk dimasukkan ke keranjang pembelian.

Setelah mendapat semua barang, aku mengisi ulang saldo ShopPay. Masih terngiang kasus tetanggaku tadi, membuatku berpikir kenapa tidak ada fitur layanan uang elektronik khusus pembayaran premi BPJS Kesehatan seperti ShopPay ya? Walaupun sekarang pembayarannya fleksibel bisa melalui minimarket, kantor pos, ecommerce atau m-banking tapi kalau ada fitur tersebut mungkin bisa menambah pilihan pembayaran, sehingga peserta dapat memilih sesuai kenyamanan mereka. JakesPay mungkin cocok namanya untuk penambahan fitur layanan uang elektronik khusus pembayaran premi bagi peserta mandiri di mobile JKN.

Alih-alih lupa bayar tagihan yang harus dibayarkan setiap bulan, benar juga kata tetanggaku yang menceritakan Saudaranya mendaftar asuransi swasta dengan pembayaran paket per tahun. Mungkin sebagian peserta membutuhkan atau lebih nyaman dengan paket pembayaran jangka waktu tertentu, satu semester atau satu tahun misalnya. Dengan pembayaran paket premi di muka, peserta yang belum terdaftar autodebet mungkin tidak lagi beralasan lupa membayar.

Keesokan harinya, selepas pulang kerja aku melewati depan rumah tetangga yang terpasang bendera warna putih. Sesampainya di rumah aku segera mencari tahu siapa yang meninggal pada Ibu.

“Bu itu siapa yang meninggal?”

“Pak Indra Mba, katanya kena serangan jantung.”

“Innalillahiwainnailaihirojiun. Padahal kemarin aku lihat Pak Indra masih sehat aja lagi nyiramin tanaman depan rumah.”

“Namanya umur Mba, ngga ada yang tahu.”

“Iya yah Bu, kondisi sakit juga ngga terduga kapan waktunya. Untung keluarga kita punya BPJS Kesehatan ya Bu, buat jaga-jaga kalau sakit ngga perlu keluar biaya berobat.”

Beberapa hari kemudian anak Pak Indra mengunjungi rumahku, meminta informasi untuk menonaktifkan kepesertaan BPJS Kesehatan milik Ayahnya.

“Mas ini dicek di mobile JKN ternyata almarhum Bapak bulan ini belum dibayarkan preminya. Kalau mau dinonaktifkan dibayarkan terlebih dulu ya. Nanti kalau sudah, tinggal pelaporan peserta meninggal lewat WhatsApp ya.” terangku.

“Oh iya Mba, terimakasih ya informasinya.”

Setelah anak almarhum Pak Indra pulang, aku kembali berbincang dengan Ibu.

“Bu, tuh kan lupa bayar iuran memang udah jadi penyakit akut ya Bu hehehe.”

“Bener juga ya Mba. Adakalanya peserta lupa bayar iuran, terus bayarnya kalau mau dibutuhkan saja. Pas mau dipakai, ternyata non aktif. Dicek tunggakannya, kaget nominal yang tertunggak bisa jadi menumpuk banyak.”

“Ibu masih inget ngga waktu tetangga yang cerita mendaftar asuransi swasta bayarnya jutaan sekian paket per tahun?” sahutku dengan semangat.

“Iya Mba, kenapa memangnya?”

“Coba kalau pendapat Ibu bagaimana keunggulan asuransi swasta dibandingkan dengan BPJS Kesehatan.”

“Kalau dibandingkan dengan asuransi swasta, ada untungnya juga ya Mba. Misalnya Ibu bayar tagihan BPJS Kesehatan paket satu tahun, kedepannya Ibu jadi ngga lupa bulan ini atau bulan depan udah bayar tagihan belum. Tapi Mba, bagaimana kalau sudah bayar paket premi satu tahun tapi umur kan ngga ada yang tahu, apakah saldonya akan ada cashback?” sontak Ibu tertawa.

“Ya bisa saja Bu, kalau anggota keluarganya sudah melakukan pelaporan peserta yang meninggal, otomatis sisa bulan paket premi yang sudah dibayarkan dikembalikan sebagai saldo JakesPay paling lambat 3x24 jam mungkin. Seperti di ShopPay bila pembelian barangnya ada kesalahan kan ada fitur pengembalian dana.”

“Apa itu JakesPay Mba?”

“Mmm.. nama fitur pembayaran uang elektronik khusus untuk bayar premi BPJS Kesehatan Bu. Tapi masih dalam kahayalanku, hehe.” lalu kami tertawa.

Seperti biasanya, kami sepakat untuk mengesahkan kebijakan baru di negara khayalan kami. Akan dikembangkan fitur JakesPay untuk menambah pilihan pembayaran bagi peserta mandiri atau Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) yang belum terdaftar autodebet. Selain itu, sebagai upaya pemberantasan penyakit akut lupa, peserta juga bisa membayar paket premi jangka waktu tertentu, ada dua pilihan yaitu satu semester (enam bulan) maupun satu tahun. Sebagai tambahan, pesan lambung atau notifikasi terkait transaksi pembayaran yang berhasil disetor maupun notifikasi pengigat pembayaran rutin setiap awal bulan akan diluncurkan. Dengan demikian setiap keluarga status kepesertaannya selalu aktif dan roda pelayanan BPJS Kesehatan bisa berjalan dengan baik.

Cerpen Peringatan HUT 53 Tahun BPJS Kesehatan

 

MEGA
MEDICAL CLOUD TERINSPIRASI AWAN DI LANGIT

Keseharianku bekerja di rumah sakit, membuatku lebih bersyukur pada apa yang terjadi setiap harinya, terutama kesehatan. Bisa membantu banyak orang untuk pulih dari rasa sakitnya dan bisa berkumpul dengan keluarga di rumah sudah layaknya hidup sempurna.

“Ibu, tadi Mega diajak main sama anak kecil yang habis kontrol rawat jalan. Di taman rumah sakit dia lihat burung kecil lagi minum dekat kolam, dia cerita kalau ayahnya seperti burung kecil itu yang terbang jauh dan pulangnya tak menentu. Lalu Ibunya menghampiri kami, yang kayanya mendengar obrolan kami tadi. Beliau membopong anaknya sambil bilang, yang penting anak Mama sehat, Papa di sana juga sehat ya.”

“Oh, memangnya profesi Papanya apa? Mamanya hebat sekali bisa menjaga keluarganya tanpa suami di sisinya.”

“Pilot Bu, kayanya anak itu lagi kangen banget sama Papanya. Dia tanya ke Mamanya, kalau adek sakit kan ada Mama yang njagain di rumah sakit, kalo Papa sakit yang njagain siapa?”

Obrolan kami pada sabtu sore ini dilanjutkan dengan cerita Ibu saat melahirkanku. Ibu bersalin secara normal, tapi yang tidak normal cara membayar biaya persalinannya. Bapak Ibu kewalahan pinjam sana sini untuk membayar biaya kelahiranku. Setelah terkumpul dana kepepet tadi, Bapak kaget uangnya masih saja kurang, sampai akhirnya bapak berhutang ke bidan yang bantu proses kelahiranku.

Aku menyimak cerita Ibu sambil menyayangkan kenapa dulu tidak ada jaminan kesehatan yang bisa membantu meringankan biaya pelayanan kesehatan. Masa iya, semua bidan harus dihutangi oleh Ibu-ibu yang melahirkan, kan kasian.

Kami yang tergolong dari keluarga sederhana pernah mengalami beberapa kali kelimpungan saat membayar biaya berobat di rumah sakit. Pokoknya mahal deh kalau sakit. Mungkin berbeda halnya dengan keluarga anak kecil tadi.

“Bu tapi Mega jadi kepikiran, kalau Papanya sakit di luar negeri bagaimana ya? Ya mungkin aja untuk Papanya gampang mengakses pelayanan kesehatan, kan uangnya banyak, kalau yang kurang mampu secara finansial bagaimana ya, Bu? Sudah jauh dari keluarga, kan ngga bisa hutang sama bidan juga.” ujarku sambil cekikikan. 

“Kalau kita kan sudah aman ya Mba ada Kartu Indonesia Sehat di sini, tapi apakah mungkin kalau KIS ini bisa digunakan di luar negeri ya?”

“Bu kalau sekarang zaman teknologi sudah semakin canggih, kartu ATM saja bisa digunakan di luar negeri, mungkin negara kita bisa mencontoh negara Taiwan, Bu. Dari yang Mba baca, peserta dari sistem jaminan kesehatan nasional di sana punya IC Card yang bisa mengakses lebih dari 18.000 fasilitas kesehatan yang terkontrak di seluruh negara, hebat ya.”

“Wah, kalau begitu Papanya anak kecil itu pun bisa gampang akses pelayanan kesehatan ke manapun dia terbang ya. Kalau berkaca dari ATM, nanti ada versi KIS silver atau gold ya Mba?”

“Maksud Ibu bagaimana?”

“Kalau KIS yang sekarang kan dibedakan berdasarkan kelas rawat inap, nanti kalau KIS sudah bisa digunakan di negara lain pakainya yang gold, yang silver cuma bisa buat akses dalam negeri.”

“Ibu menteri kesehatan negara mana si Bu hahaha.” kami berdua tertawa memikirkan negara khayalan yang ada di pikiran kami.

Teleponku berdering, seketika menghentikan obrolan kami. Ternyata dari rekan sejawat yang memintaku mengirimkan laporan rekam medis pasien. Setelah menutup telepon, aku segera membuka laptop dan mengirimkan apa yang rekanku minta. Sambil menunggu proses pengiriman data, aku sesekali melihat langit sore dari jendela kamar. Hari ini langit cerah, dan ada sedikit awan.

Aku melamun.

Awan, cloud. Mungkin ngga ya, aku masih hidup di zaman teknologi yang canggihnya semakin luar biasa dapat memudahkan seluruh aspek kehidupan. Seperti sidik jari manusia, punya ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan manusia lainnya. Apakah setiap pasien bisa memiliki chip untuk mengakses data riwayat perjalanan penyakit yang melekat pada dirinya dari penyimpanan cloud. Dengan begitu, pasien atau tenaga medis di manapun tempat ia berobat bisa dengan mudah memeriksa catatan medis kapan pun dan di mana pun. Informasi medis dari sejak ia lahir bisa disimpan dan digunakan untuk mengetahui diagnosa sebelumnya atau terapi lanjutan yang akan dijalani. Selain kemudahan akses, digitalisasi melalui penyimpanan awan mungkin juga bisa menghemat sumber daya medis dan meningkatkan ketepatan perawatan bagi pasien, apalagi untuk pasien dengan pengobatan jangka waktu yang lama. MY MEDICAL JOURNEY sepertinya cocok namanya.

“Mba?”

“Eh iya Pa? Kenapa?”

“Mba ngga denger tadi Papa minta tolong apa?”

“Minta tolong apa Pa?”

“Itu tetangga minta tolong didaftarin kontrol rawat jalan, habis ngelamunin apa si Mba?”

“Pa, menurut Papa kalau pasien pulang setelah menjalani pengobatan, kesan yang paling diingat dari pelayanan pengobatannya apa ya?”

“Menurut Papa, pasien mulai dari datang sampai pulang itu bisa dijadikan tolok ukur kepuasan pelayanannya. Walaupun sudah memiliki jaminan kesehatan, tapi ada faktor lain juga yang berdampak pada kepuasan pasien. Pertama, akses dia ke pusat pelayanan kesehatan, apakah jauh dari rumah yang bersinggungan dengan keadaan finansial mereka. Lalu pendaftaran, pasien sudah datang dengan rasa sakit, kalau misalnya sulit mendaftar atau nunggu terlalu lama di tempat pendaftaran mungkin ngga nyaman. Lalu fasilitas dan sikap tenaga kesehatan juga pasti mendorong kepuasan pelayanan bagi mereka.”

Hari demi hari berlalu, rutinitasku melayani pasien sampai rasanya setengah hidupku ada di rumah sakit. Hiruk pikuk rumah sakit, melayani berbagai macam tipe pasien yang memiliki keunikannya masing-masing menjadi tantangan tersendiri bagi kami para tenaga kesehatan, apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Namun sebaliknya, ada peluang untuk terus berbenah dalam melayani pasien agar pasien maupun kami selamat.

Menjaga jarak sudah digaungkan di sana-sini, agar penularan Covid-19 dapat dicegah dengan menjalankan protokol kesehatan yang ditetapkan. Ruang tunggu antrian pun kini diberi jarak, kontak pasien dibatasi bahkan sebagian pelayanan dialihkan dengan konsultasi online.

Saat bersiap-siap mau pulang, temanku mengajak ke minimarket dekat rumah sakit, katanya dia ingin beli biskuit cokelat. Aku mengiyakan ajakannya.

“Mba, bayar pakai kartu debit bisa kan ya?” tanya temanku ke kasir.

“Bisa Mba, pakai scan QR e-wallet juga bisa.”

“Mba kalau aku bayar pakai scan QR e-wallet ya.” pintaku.

Sejak pandemi kami lebih suka menggunakan pembayaran cashless sampai kami tak punya uang tunai sepeserpun. Dompet kami hanya berisi kartu ATM dan beberapa nota belanja.

“Mba tadi kunjungan pasien rajal rekor berapa hari ini?” tanyaku pada Mba Vina.

“Gopek” jawabnya ketus.

“Mba kalau pendaftaran online yang sekarang memang lebih praktis ya dari zaman dulu yang masih fotokopi ini itu. Tapi mungkin ngga ya kedepannya pendaftaran poli tinggal scan QR kayak aku bayar biskuit ini,”

“Setuju banget, pasien harusnya punya satu kartu sakti yang terintegrasi sistem palayanan kesehatan kita ya. Jadi kalau pendaftaran pasien tinggal scan berapa detik secara mandiri, langsung ke poli jadi aku ngga perlu verifikasi berkas atau cek data lagi. Ya mungkin kerjaanku nanti tinggal mengarahkan pasien yang butuh informasi atau ada kendala ya” nada bicara Mba Vina mendadak berubah menjadi cekikikan.

Saat keluar minimarket aku dan Mba Vina melihat sepasang lansia yang sedang menyeberang jalan dari arah rumah sakit, nampaknya mereka salah satu pasien dari rumah sakit kami. Isi kepala lansia tersebut mungkin berbeda dengan isi kepala kami yang masih muda. Bagi mereka menikmati masa tua dengan kondisi sehat menjadi anugerah yang patut disyukuri, namun apakah mereka mampu memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada?

Pada akhirnya aku menyadari kemajuan teknologi memiliki kelebihan dan kekurangan. Di negara berkembang seperti Indonesia ini, kemajuan teknologi mungkin baru dapat dinikmati oleh sebagian penduduk, sebagiannya lagi masih terbata-bata. Namun kemajuan teknologi juga menjadi peluang bagi manusia untuk dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan serba mudah. Capaian sistem jaminan kesehatan nasional yang ada saat ini sudah merupakan pencapaian, sekaligus perjalanan panjang yang masih perlu dikembangkan.

PMW 2017 TAMARINDUS DRINK

Lahir 15 mei 2017 sejak diumumkan lolos dan didanai Rp 2.750.000

Logo

Sebagai mahasiswi penerima beasiswa bidikmisi memang diharapkan ikut dalam ajang PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) atau PMW (Program Mahasiswa Wirausaha). Yah, mau tidak mau saya coba-coba ikut PMW dengan niat menggugurkan kewajiban bidikmisi saja (saat itu). Saya dengan rekan saya (Erina Kesmas 2015 dan Rizky Agribisnis 2015) yang sama-sama penerima beasiswa tersebut berniat membuat minuman untuk menurunkan kolesterol. Saya pribadi si ngga mengharapkan proposal yang kami buat lolos, ya pokoknya ngga ada gambaran kalau proposal ini lolos. Toh saya cuman berniat menggugurkan kewajiban saja. Bikin proposal pun ngga mudah teman-teman banyak syarat ini itu di samping kita menggagas suatu ide atau produk unik yang sekiranya belum ada sebelumnya. Waktu itu kami membuat proposal bulan Maret untuk deadline pertengahan April. Kami punya ide membuat minuman sari asam jawa untuk menurunkan kolesterol. Seleganya proposal tadi dikumpulkan, saya sedikit terbebas dari tanggungan selama kuliah. Akhir April tepatnya tanggal 27, pengumuman PMW 2017 ditempel di mading Fak. Ilmu Kesehatan. Saya si ngga ada niat liat siapa yang lolos, toh saya ngga bakal lolos. Sampai saatnya ketua PMW saya (Erina) membawa kabar proposal tim kami lolos dan diharapkan melakukan presentasi terkait produk yang akan kami buat pada awal Mei. Lalu, 15 Mei lagi-lagi saya tidak percaya tim kami lolos dari hasil pengumuman presentasi (padahal waktu itu dibilangin sama dosen pembimbing dan dosen penguji itu peluang GAGALnya besar, tim kami juga beberapa kali kesulitan menjawab pertanyaan). Speechless. Tubuh rasanya kosong, otak ngga bisa mikir. Saat itu juga terlampir semua kelompok yang lolos dari seluruh fakultas dan sejumlah uang dana yang akan dicairkan untuk setiap tim. Daaaaan tim saya didanai Rp 2.750.000. OMG OMG! (Duhhh. Udahlah gausah dilanjutin *dalam hati saya). Rekan saya pun ngga nyangka proposal yang seadanya itu lolos. Kami bertiga butuh waktu untuk memikirkan kedepannya. Entah proposal ini mau dilanjutkan atau berhenti dan mengundurkan diri. 

Saya minta saran ke Fais (Fais siapa? Baca postingan sebelah).
Saya: ‘Masa PMWku lolos didanai 2.75jt, aku nggamau. Takut ga bisa ngejalanin amanah, ga bisa jualan’
Kang ojek pribadi pas di Semarang: “Ambil aja gapapa.. Jalani aja dulu, sama kaya pertama kali L*R lama-lama bisa.”
Saya: ‘Tapi kalo gagal kamu jangan ketawain aku L
Kang ojek pribadi pas di Semarang: “Gak gagal, udah yakin aja”


Saran dari Fais lumayan bikin aku ngga pesimis lagi, tapi masih galau. Setelah berpikir panjang dan menemui jalan buntu, kami konsultasi dengan dosen pembimbing dan kakak kelas yang pernah ikut ajang PMW ini. Ya gimana ya, kapan mau maju kalau kita cuma berjalan di tempat. Oke seribu langkah dimulai hari ini. Memantapkan hati kami bertiga, kami memutuskan untuk mengambil kesempatan ini. Mungkin bagi banyak teman, PMW ini ajang bergengsi yang membuat mahasiswa dapat menggali potensi entrepreneurship dan kemandirian. Tapi berbeda dengan saya yang awalnya malas, enggan dan pesimis ikut ajang ini. Setelah itu kami melewati tahap pembekalan PMW, pembuatan rekening untuk mencairkan dana usaha yang cukup lama prosesnya. Inisiatif dengan semangat entah dari mana, kami memulai usaha dengan iuran Rp 150.000. Sebagai ketua (Erina) memang mengurus ini itu yang langsung berhubungan dengan dosen. Saya sebagai sekertaris, bendahara sekaligus berperan dalam promosi. Rizky bagian produksi (tapi semua ikut bantu produksi kok). Kami mulai berjualan saat event Sunday Morning di GOR Satria Purwokerto sambil menunggu dana hibah dari Unsoed. Tamarindus Drink. Minuman segar yang banyak manfaatnya. Hargaya Rp 5.000/botol (250ml). Berbahan dasar asam jawa, gula merah dan madu yang menambah khasiat minuman ini. 
Contoh Label dan Brosur Produk kami
Label, tampak depan.

Tamarindus ini selain menyegarkan juga banyak manfaat loh.. Ngga percaya? baca ini niiih. Masih ngga percaya? Yuk cobain minuman menyehatkan hasil produk kami. Hubungi CP yang tertera di label maupun brosur ya..

Label, tampak belakang.


Brosur & X-Banner


Tidak lama kemudian tanggal 14 dan 18 Agustus total pencairan dana Rp 2.200.000 untuk modal usaha kami. Nanti 20% sisanya akan dicairkan saat kami ikut expo se-Unsoed. Setiap minggu kami berjualan di Sunmor GOR dan melakukan sistem Pre-order. Berjualan itu tidak mudah teman. Eh bukan. Nyari duit itu bukannya sulit tapi tidak mudah teman. Nawarin sana sini, ditolak sana sini pula. Tapi harus tetep semangat. Sampai akhirnya pertengahan September diadakan monev (monitoring dan evaluasi). Kami sempat ditanya dosen pembimbing, 'Sudah berapa keuntungannya?' kami bertiga cuma senyam senyum. 'Nanti untungnya bisa buat beli avanza ya' begitu doa beliau. Saya spontan meringis. Apalah usaha kami ini pak, tapi doa bapak tetap saya aamiinkan J

Sedikit demi sedikit tanpa sadar saya mengukir pengalaman yang membuat saya lebih percaya diri dan optimis. Sudahkah saya bersyukur? Selalu saya tanamkan itu dalam diri saya. Orang tua ndak mampu kuliahin saya sampe di perguruan tinggi. Udahlah ndak usah tanya siapa orang tua saya, toh mereka cuma lulusan STM/SMA sederajat (bapak) dan SMP (ibu). Saya ngemis sama negara, kalau bukan berkat bidikmisi saya ndak bisa mengais ilmu dijenjang lanjut. Kuliah gratis, setiap bulan dijatah Rp 650.000. Ngajuin proposal doang dikasih duit. Kurang baik apa negara sama kita? Yuk, teman-teman bikin PKM/PMW. Bermanfaat banget buat kalian. Serius. Tidak bohong. Ora ngapusi. Saya yakin dan udah buktiin. Dirangkul teman-temannya, adik kelasnya ikutan ajang tersebut. Semoga bermanfaat J


Tamarindus Drink hasil produk kami

CONTOH PAMFLET DONOR DARAH



















CONTOH LEAFLET TUBERCULOSIS



PLANNED BEHAVIOR THEORY

TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PERILAKU KESEHATAN
TEORI TINDAKAN YANG DIRENCANAKAN (PLANNED BEHAVIOR THEORY)






Disusun oleh:
Kelompok 4, Kelas  A

Rafif Elno Fauzan                I1A015028
Sasmita Dwi Ramadhani      I1A015055
Nurma Kurniawati               I1A015057
Riyan Istiqomah                    I1A015059
Sekar Ratri Aningdyah        I1A015062
Linda Rossita Wanti             I1A015073
Tri Kurniawati                      I1A015085
Pradina Mutia Abdilla          I1A015088
Nur Fauzan Azhima             I1A015093


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017
A.    Sejarah
Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Fokus utama dari teori planned behavior ini  sama  seperti  reason action theory yaitu  intensi  individu  untuk  melakukan perilaku tertentu. Intensi dianggap dapat melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku.
Reason action theory mengatakan ada dua faktor penentu intensi yaitu sikap pribadi dan norma subjektif. Sikap merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu. Sedangkan norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Namun Ajzen berpendapat bahwa reason action theory belum dapat menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada di bawah kontrol seseorang. Karena itu dalam theory of planned behavior Ajzen menambahkan satu faktor yang menentukan intensi yaitu perceived behavioral control. Perceived behavioral control merupakan persepsi individu terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Faktor ini menurut Ajzen mengacu pada persepsi  individu  mengenai  mudah  atau  sulitnya  memunculkan  tingkah  laku tertentu dan diasumsikan merupakan refleksi dari pengalaman masa lalu dan juga hambatan yang diantisipasi. Menurut Ajzen (2005) ketiga faktor ini yaitu sikap, norma  subjektif,  dan  perceived  behavioral  control  dapat  memprediksi  intensi individu dalam melakukan perilaku tertentu.

B.     Definisi dan Komponen
Theory of planned behavior adalah teori yang menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia juga pada keyakinan bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu.  Perilaku tidak hanya bergantung  pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).
Komponen Theory of Planned Behavior
Gambar 1. Theory of Planned Behavior Model
Beberapa komponen dalam teori ini berdasarkan skema di atas yaitu:
1.      Behavioral belief yang memengaruhi attitude toward behavior. Behavioral belief adalah hal-hal yang diyakini individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif  atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku. Sedangkan attitude toward behavior  yaitu sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut.
2.      Normative belief yang memengaruhi subjective normsNormative belief adalah norma yang dibentuk orang-orang di sekitar individu yang akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sedangkan subjective norms didefinisikan sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan sosial yang ada untuk menunjukkan atau tidak suatu perilaku. Subjective norms ini identik dengan belief dari seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah individu perlu, harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku, dan memotivasi individu untuk mengikuti pendapat orang lain tersebut (Michener, Delamater, & Myers, 2004).
3.      Control belief yang memengaruhi perceived behavior controlControl belief adalah pengalaman pribadi, atau orang di sekitar akan mempengaruhi pengambilan keputusan individu. Perceived behavioral control adalah keyakinan bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu. Percieved behavior control juga diartikan persepsi individu mengenai kontrol yang dimiliki individu tersebut sehubungan dengan tingkah laku tertentu (Ismail dan Zain, 2008).

C.    Kelebihan dan Kelemahan Theory of Planned Behavior
1.      Kelebihan
a)      Teori ini dapat memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku dalam item yang operasional. Hal ini memudahkan berbagai tipe pencegahan yang dapat dipertimbangkan. Sasaran teori ini adalah prediksi perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang.
b)      Teori ini juga relative mudah diaplikasikan pada pengggunaan substansi tertentu seperti rokok, narkoba, alcohol, perilaku makan, penggunaan kondon, dan lain sebagainya.
2.      Kelemahan
a)      Teori ini masih relatif baru dan kurang banyak digunakan dan kurang banyak dikenal.
b)      Selain itu pemanfaatan teori ini membutuhkan bantuan atau control dari orang lain. Orang lain sangat berpengaruh terhadap komponen teori ini.

D.    Aplikasi Penerapan Theory of Planned Behavior
Penelitian sebelumnya menggunakan teori ini dalam mengetahui ada tidaknya pengaruh hubungan independen antara indentitas diri individu dengan niatan atau rencana berperilaku. Hal ini dilakukan karena keragu-raguan terhadap pengaruh sikap individu dalam konsumsi sayuran organik yang dihasilkan negara. Hal ini berart intensi dan perilaku yang diteliti adalah konsumsi sayuran organik.
a)      Attitude Toward Behavior
Masyarakat United States bereaksi terhadap sayuran organik. Sayuran organik dianggap solusi akan kekhawatiran penggunaan nitrogen sintetis yang telah meningkat enam kali lipat dan produksi pestisida telah meningkat sekitar dua puluh kali.
b)     Subjective Norms
Banyak orang bersedia membayar premi besar untuk makanan yang diproduksi secara organik seperti buah organik yang dihasilkan dan vegetasi khusus. Saat ini diperkirakan perintah harga premium semakin mengingkat. Banyaknya orang yang melakukan hal tersebut turut memengaruhi keputusan individu dalam masyarakat tersebut untuk turut membayar tinggi demi konsumsi sayuran organik.
c)      Perceived Behavioral Control
Pengalaman individu dalam konsumsi sayuran organik terjadi sejak akhir perang dunia II di United States. Hal ini membuat waspada individu dan memutuskan mengkonsumsi yang aman.
Dewasa ini, teori ini juga dapat diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti pencegahan perilaku merokok. Komponen attitude toward behavior dari pencegahan perilaku merokok adalah membuat perokok percaya akan hal postitif dan negatif dari merokok sehingga ia memiliki kecenderungan untuk  sadar akan konsekuensi merokok. Komponen subjective norms adalah orang-orang di sekitar perokok yang diminta atau dibuat untuk mendukung perokok berhenti merokok; perokok juga distimulasi agar menginternalisasi bahwa ia harus berhenti merokok. Lalu, komponen   perceived behavioral control adalah penggalian pengalaman buruk akibat merokok serta mendukung perokok agar mengontrol perilaku merokoknya.
E.     Telaah Jurnal
1.      Identitas Jurnal
Nama penulis   : Siswoyo
Judul Jurnal     : Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Pengetahuan, Intensi dan Sick Role Behavior pada Pasien Katarak dengan Pendekatan Model Theory of Planned Behaviour Ajzen
Penerbit           : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Edisi                : Vol. 3 No. 2, November 2015
Halaman          : 198-210
2.      Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh psikoedukasi terhadap sick role behaviour pada pasien katarak.
3.      Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment dengan rancangan pre-post test control group design. Populasi adalah pasien katarak Desa Kencong, wilayah kerja Puskesmas Kencong. Instrumen yang digunakan:
a.       Kuesioner A untuk mengumpulkan data demografi meliputi kode responden, usia, pendidikan, dan pekerjaan.
b.      Kuesioner B untuk mengukur pengetahuan pasien tentang katarak. Terdapat 20 pernyataan benar dan salah. Skor tertinggi bernilai 18.
c.       Kuesioner C untuk mengukur intensi pasien katarak melakukan sick role behaviour yang konstruktif. Terdapat 20 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 20.
d.      Kuesioner D untuk mengukur upaya merespon indikasi penyakit katarak. Terdapat 6 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 6.
e.       Kuesioner E untuk mengukur tindakan memantau kondisi internal akibat penyakit katarak. Terdapat 6 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 6.
f.       Kuesioner F untuk mengukur tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis. Terdapat 9 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 9.
4.      Variabel
a.    Variabel independen adalah psikoedukasi
b.    Variabel dependen adalah intensi dan sick role behaviour yang meliputi: upaya merespon indikasi penyakit katarak, tindakan memantau kondisi internal akibat penyakit katarak, dan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.
Pembahasan variabel di dalam jurnal:
1)      Variabel Independen
a.       Pengaruh psikoedukasi terhadap pengetahuan pasien katarak
Intervensi psikoterapik dan edukasi dalam penelitian ini difokuskan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang katarak, meningkatkan penerimaan pasien terhadap katarak, meningkatkan partisipasi dalam pengobatan katarak, dan mengembangkan coping mecanism pasien katarak dalam menghadapi masalah yang muncul akibat katarak.
b.      Pengaruh psikoedukasi terhadap intensi pasien katarak
Perilaku dilandasi oleh suatu niat (intention), artinya bahwa sikap dan perilaku dapat diubah dengan memodifikasi sistem keyakinan dominan yang mendasarinya (underlying belief systems, modal salient belief), yang dimaksud dengan “modal belief” dalam hal ini adalah keyakinan-keyakinan yang kuat untuk memunculkan niat untuk mengubah perilaku pasien. Psikoedukasi meningkatkan intensi pasien katarak untuk berperilaku peran sakit yang diharapkan.
c.       Pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit katarak
Psikoedukasi meningkatkan secara bermakna perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit katarak. Psikoedukasi dilakukan agar pasien-pasien yang masih katarak immatur dapat berperilaku peran sakit yang diharapkan dan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada pasien agar mau memperhatikan penyakitnya agar tidak terlambat penanganannya.
d.      Pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak dalam memantau kondisi internal akibat penyakit katarak
Perilaku peran sakit pasien katarak dalam memantau kondisi internal akibat penyakit katarak adalah upaya yang dilakukan pasien katarak untuk selalu memperhatikan perkembangan kataraknya dan selalu menjaga kesehatan fisiknya secara umum agar tidak semakin parah kataraknya. Untuk melakukan upaya ini pasien diharapkan selalu melakukan kontrol kataraknya ke dokter mata untuk melihat sejauh mana perkembangan kataraknya dan untuk mengetahui kemungkinan ada penyakit lain yang berkaitan dengan kataraknya.
e.       Pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa psikoedukasi mampu meningkatkan perilaku peran sakit pasien katarak dalam melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.
f.        Pengaruh psikoedukasi terhadap sick role behaviour pada pasien katarak
Secara khusus definisi perilaku peran sakit juga dapat berlaku pada pasien katarak. Sehingga definisi perilaku peran sakit pada pasien katarak adalah suatu cara yang berbeda-beda yang dilakukan pasien katarak dalam melakukan:
1)      Upaya merespon indikasi penyakit katarak.
2)      Tindakan memantau kondisi internal akibat penyakit katarak.
3)      Tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.
2)      Variabel Dependen
Variabel ini timbul akibat adanya pengaruh faktor beliefs (behavioural, normative, control). Beliefs dipengaruhi oleh background factor yang meliputi personal (nilai, emosi, kecerdasaan), sosial (umur, jenis kelamin, ras, budaya, pendapatan, dan agama) dan informasi (pengetahuan, pengalaman, media).
5.      Kesimpulan Jurnal
Psikoedukasi dapat meningkatkan: 1) pengetahuan pasien katarak, karena psikoedukasi menambah pemahaman pasien tentang penyakit katarak dan penatalaksanaannya, 2) intensi pasien katarak, karena memperkuat keyakinan pasien katarak untuk melakukan sick role behaviour yang benar, 3) perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit katarak, karena pasien diajarkan untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit katarak dan bagaimana melakukan upaya mengatasi tanda dan gejala tersebut, 4) perilaku peran sakit pasien katarak dalam memantau kondisi internal akibat penyakit katarak, karena diberikan pemahaman tentang komplikasi katarak dan pengaruh penyakit kencing manis, darah tinggi dan merokok terhadap katarak, 5) perilaku peran sakit pasien katarak melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis, karena diajarkan tentang bagaimana penanganan katarak jika sudah matur, memantapkan hati pasien untuk melakukan operasi katarak dan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, 6) sick role behaviour pada pasien katarak, karena pasien diajarkan tentang perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit katarak, memantau kondisi internal akibat penyakit katarak, dan melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.




DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality and Behavior, 2nd Edition. Berkshire, GBR: McGraw-Hill Professional Publishing.
Michener, H., Delamater, Daniel J, John, Myers. 2004. Social Psychologi 5th. United Stated: Thomson Learning, Inc.
Ismail, V. Y., & Zain, E. 2008. Peranan Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Pelajar SLTA untuk Memilih Fakultas Ekonomi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 5(3).